PERTEMUAN PERTAMA : MANAJEMEN DIKLAT
Konsep dan Kerangka
Kompetensi Abad 21
Senin, 8 September 2014
Assalamualaikum Wr. Wb.
Senin, 8 September 2014 adalah awal masuk kuliah semester
5. Di hari pertama terdapat 2 mata kuliah. Salah satunya mata kuliah Manajemen
DikLat. Dosen mata kuliah Manajemen DikLat adalah Pak Amril Muhammad. Berdasarkan jadwal mata
kuliah ini berlangsung dari pukul 11.20 – 14.40 di 306 Daksinapati.
Sebelum mempelajari mata kuliah Manajemen DikLat, Pak
Amril Muhammad mengecek absen kelas berapa saja mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Manajemen DikLat. Setelah itu, Pak Amril Muhammad menjelaskan kontrak
kuliah selama 16 kali pertemuan, tugas-tugas yang akan diberikan, dan peraturan
mengenai mata kuliah Manajemen DikLat, seperti waktu keterlambatan masuk kelas
mata kuliah ini.
Sebelum beliau menjelaskan lebih dalam materi Manajemen
DikLat seperti apa, Beliau menanyakan kepada Mahasiswa mengenai tujuan
mempelajari Manajemen Diklat bagi para Mahasiswa Manajemen Pendidikan dan
beberapa mahasiswa pun ditunjuk untuk menjelaskan pertanyaan hal tersebut.
Berikut ini penjelasan Mata Kuliah Manajemen DikLat pada
pertemuan pertama, yaitu :
Tujuan mempelajari Manajemen DikLat adalah untuk menutup
kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Tidak semua orang bekerja di
bidang yang sesuai dengan apa yang dipelajari ketika kuliah, sehingga dengan
adanya pelatihan maka diharapkan para karyawan atau pekerja memiliki kompetensi
yang tepat di bidangnya dan dengan demikian akan meningkatkan produktivitas
kerja yang baik dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Adapun pendapat menurut Holland yaitu “ Seseorang akan lebih cepat sukses jika terjadi koheren antara jiwa,
ilmu yang dipelajari, dan bidang pekerjaan yang dijalani.”
Pak Amril juga menjelaskan mengenai Kerangka Kompetensi Abad
21 dimana pada Kehidupan dan karir dibutuhkan
hal-hal sebagai berikut :
- Fleksibel dan adatif,
- Berinisiatif dan mandiri,
- Keterampilan sosial budaya,
- Produktif dan akuntabel,
- Kepemimpinan dan tanggung jawab.
Lalu, Pembelajaran dan inovatif di
abad 21 terdiri dari :
- Kreatif dan inovatif,
- Berfikir kritis menyelesaikan masalah,
- Komunikasi dan kolaborasi.
Serta
pada bidang Informasi, media dan teknologi masyarakat dituntut untuk melek
informasi, melek media dan melek TIK.
Jadi dapat dismplkan bahwa kerangka kompetensi abad 21
merupakan kerangka kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang, dimana
memiliki pengetahuan saja tidak cukup, melainkan harus ada kreativitas,
berpikir kritis, dan berkarakter kuat agar bisa terus survive di masyarakat. Selain
itu, dengan adanya perkembangan zaman seseorang dituntut untuk harus melek informasi
dan komunikasi karena telah banyak media yang bisa digunakan oleh seseorang
untuk tidak buta tentang hal tersebut.
Tuntutan
terhadap “Kompetensi” “SDM”
Pengetahuan/wawasan global
o Konseptual yang integratif aplikatif
o Orientasi pada solusi inovasi dan kreativitas
o Nilai nilai universal (lintas budaya)
Keterampilan Global
o Komunikasi multi budaya
o Pemanfaatan teknologi informasi
o Pengembangan intelektual + emosional + adversity
skill
Sikap/Perilaku
o Dinamis & Fleksible
o Inisiatif & Proaktif
o Inovatif & Kreatif
o Mandiri/Survive
Pergeseran Paradigma
Perbedaan pendidikan zaman dulu dengan pendidikan zaman sekarang, yaitu :
- Industri pendidikan dulu lebih fokus pada kepentingan konten-konten pembelajaran seperti, silabus, kurikulum, dan sebagainya sedangan pendidikan zaman sekarang lebih fokus pada proses yang dijalani.
- Pendidikan zaman dulu lebih dipegang kendali oleh guru tetapi sekarang harus siswa yang lebih memegang kendali, yang mana siswa harus bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
- Pendidikan zaman dulu lebih menanyakan apa, apa, dan apa tetapi pendidikan zaman sekarang lebih menayakan pada hal siapa yang menjalani pendidikan dan bagaimana cara memberikan pendidikan agar bisa terserap dengan baik sehingga prestasi belajar bisa meningkat.
- Guru tidak lagi menjadi expert bagi para siswa-siswanya tetapi harus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.
- Siswa harus bisa menjadi generator bukan menjadi pembelajar yang passive.
- Kesalahan yang pernah terjadi saat belajar harus dijadikan alat pembelajaran agar bisa lebih baik lagi untuk kedepannya.
- Belajar tidak hanya terprogram di dalam kelas saja tetapi kondisi belajar bisa di mana saja. Artinya belajar harus lebih fleksibel. Belajar bisa di luar kelas.
- Pendidikan tidak hanya pada teori saja tetapi teori dan praktek harus bisa dilaksanakan dengan baik di masyarakat agar bisa survive di masa mendatang.
Ada
4 pilar pendidikan menurut UNESCO, yaitu :
1. Learning To Know,
2. Learning To Do,
3. Learning To Live Together,
4.
Learning To Be.
Jadi dalam pendidikan, diharapkan seseorang menjadi tahu dan
memahami suatu hal, lalu bisa mengaplikasikan pemahaman dan pengetahuan yang
dimiliki untuk memciptakan atau menghasilkan sesuatu hal, kemudian bisa hidup bersama dengan yang lainnya dan orang
tersebut bisa menjadi sesuatu yang ia inginkan atau ia harapkan untuk memberikan
manfaat bagi banyak orang.
-SEKIAN-




0 komentar:
Posting Komentar